Industri perbankan dikenal sebagai lingkungan kerja yang kompetitif, penuh tekanan, dan berorientasi pada target. Perubahan cepat akibat digitalisasi, tuntutan nasabah, dan regulasi ketat sering kali menimbulkan stres, kelelahan emosional, dan penurunan motivasi. Dalam konteks ini, ketahanan pribadi (resilience) dan manajemen kesejahteraan (wellbeing management) menjadi kemampuan penting agar karyawan tetap sehat secara mental, emosional, dan produktif. Pelatihan ini membantu karyawan memahami cara mengelola stres, membangun daya lenting psikologis, dan menciptakan keseimbangan hidup-kerja (work-life balance) yang berkelanjutan.
OBJECTIVE
Memahami konsep resilience dan wellbeing serta relevansinya di dunia kerja perbankan.
Mengidentifikasi sumber stres dan tekanan kerja di lingkungan perbankan.
Mengembangkan strategi personal resilience, seperti pengelolaan emosi, mindset positif, dan coping skills.
Menerapkan manajemen wellbeing, mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan emosional.
Membangun budaya kerja yang suportif dan sehat di lingkungan tim dan organisasi.
COURSE OUTLINE
Pemahaman Dasar Resilience dan Wellbeing: Definisi dan hubungan antara resilience, stress management, dan wellbeing; Peran resilience dalam performa kerja dan kepuasan hidup; Faktor-faktor yang memengaruhi wellbeing di tempat kerja.
Tantangan di Industri Perbankan: Karakteristik tekanan kerja: target finansial, regulasi, dan tanggung jawab nasabah; Dampak stres kerja terhadap produktivitas dan kesehatan mental; Studi kasus burnout di sektor keuangan dan pembelajarannya.
Membangun Resilience Pribadi: Model Resilience Framework: adaptasi, regulasi emosi, dan growth mindset; Teknik penguatan resilience: Mindfulness & self-awareness, Positive reframing & gratitude practice, Problem-solving & emotional regulation; Latihan reflektif: mengenali kekuatan pribadi dan pola berpikir.
Manajemen Wellbeing di Tempat Kerja: Dimensi wellbeing: fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual; Kebiasaan harian untuk meningkatkan wellbeing (sleep hygiene, aktivitas fisik, nutrisi, manajemen waktu); Digital wellbeing: mengelola kelelahan akibat penggunaan teknologi dan online fatigue; Dukungan organisasi: peran pimpinan dan HR dalam membangun lingkungan kerja yang sehat.
Membangun Budaya Resilient Organization: Pentingnya kepemimpinan empatik dan komunikasi terbuka; Program Employee Assistance dan Wellbeing Initiatives; Strategi menjaga engagement di masa perubahan dan ketidakpastian; Developing your conversational practice; How to introduce Appreciative Inquiry and related approaches to your organization.
