Search
Close this search box.

Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat

Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat

Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/63/M.PAN/02/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik ditegaskan bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan publik dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Selanjutnya, guna meningkatkan kualitas pelayanan publik sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), perlu tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan, seperti Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Evaluasi pelayanan publik perlu dilakukan karena semakin kritisnya masyarakat, tuntutan pelayanan berkualitas, banyaknya keluhan masyarakat, penilaian kinerja unit/instansi terkait dan adanya peraturan perundangan yang mengaturnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyusunan IKM dimana data IKM dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Hal sebagaimana tersebut di atas sejalan dengan prinsip penerapan SNI ISO9001:2008 tentang Sistem Manajemen Mutu dimana setiap langkah harus ada pengukuran terhadap realisasi produk baik barang ataupun jasa sehingga muncul masukan untuk perbaikan atau peningkatan layanan yang disampaikan kepada publik. IKM akan memberikan banyak manfaat di antaranya adalah ; mengetahui kelemahan/kekurangan dari masing-masing unsur dalam penyelenggaraan pelayanan publik, mengetahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh unit pelayanan publik secara periodik, sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu dilakukan, memacu persaingan positif antar unit penyelenggara pelayanan pada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan, serta masyarakat dapat mengetahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan. Dengan merujuk pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan IKM Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, terdapat 14 unsur yang harus dipenuhi untuk semua jenis pelayanan guna mengukur IKM unit pelayanan. Unsur tersebut meliputi ; prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas pelayanan, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan.

Electronic Document Management System

Electronic Document Management System

Pemahaman tentang bagaimana mengarsip, mengelola dan mengontrol dokumen sangat vital dalam penyediaan informasi yang up-to-date dan tepat. Pemanfaatan sistem informasi dan teknologi filing system merupakan kebutuhan yang tidak terelakkan lagi dalam mengatur data dan dokumen yang real time. Training ini akan membahas tentang bagaimana melakukan pengarsipan dan pengelolan dokumen kantor sehingga dokumen selalu dalam keadaan siap diperlukan, up-to-date dan dalam keadaan terkontrol.

Perhitungan dan Strategi Ekosistem Bisnis Bank dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dana

Perhitungan dan Strategi Ekosistem Bisnis Bank dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dana

Selama ini laporan bank (LBU, LBBU, LKPBU, LHBU) yang disampaikan kepada Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) digunakan sebagai acuan untuk dibandingkan field–field-nya dengan laporan offline yang dikirimkan. Hal ini menimbulkan redundansi dan juga inkonsistensi pelaporan yang berujung pada pemeriksaan dan pengenaan denda. Atas hal tersebut dan dilatarbelakangi atas Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, muncul wacana implementasi berupa portal pelaporan terintegrasi yang akan menjadi sumber data laporan bank oleh otoritas moneter yang dinamakan dengan Antasena (BI) Apolo (OJK) dan LPS. Berdasarkan timeline, pelaporan tersebut akan diimplementasikan secara paralel pada Desember 2019 selama setahun. Pengembangan Aplikasi Sistem Pelaporan dilakukan berdasarkan pada rencana BI dan OJK untuk mengembangkan mekanisme pelaporan dari setiap bank. Untuk Bank Umum dan Bank Pembangunan Daerah (BPD), melakukan pelaporan ke BI melalui aplikasi BI Antasena. Sedangkan, untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) melakukan pelaporan ke OJK menggunakan aplikasi Apolo. Beberapa perbaikan utama adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan tambahan pelaporan untuk kebutuhan terkini yang diinginkan BI dan penghapusan beberapa informasi yang tidak lagi diperlukan serta beberapa infrastruktur pelaporan baru yang bertujuan antara lain agar: Semua informasi yang dilaporkan jelas pemanfaatannya agar tidak membebani pelapor Bank menyampaikan laporan melalui satu platform Penambahan atau penyesuaian informasi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah

Penyusunan Laporan RBB via Aplikasi Apolo

Penyusunan Laporan RBB via Aplikasi Apolo

Selama ini laporan bank (LBU, LBBU, LKPBU, LHBU) yang disampaikan kepada Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) digunakan sebagai acuan untuk dibandingkan field–field-nya dengan laporan offline yang dikirimkan. Hal ini menimbulkan redundansi dan juga inkonsistensi pelaporan yang berujung pada pemeriksaan dan pengenaan denda. Atas hal tersebut dan dilatarbelakangi atas Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, muncul wacana implementasi berupa portal pelaporan terintegrasi yang akan menjadi sumber data laporan bank oleh otoritas moneter yang dinamakan dengan Antasena (BI) Apolo (OJK) dan LPS. Berdasarkan timeline, pelaporan tersebut akan diimplementasikan secara paralel pada Desember 2019 selama setahun. Pengembangan Aplikasi Sistem Pelaporan dilakukan berdasarkan pada rencana BI dan OJK untuk mengembangkan mekanisme pelaporan dari setiap bank. Untuk Bank Umum dan Bank Pembangunan Daerah (BPD), melakukan pelaporan ke BI melalui aplikasi BI Antasena. Sedangkan, untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) melakukan pelaporan ke OJK menggunakan aplikasi Apolo. Beberapa perbaikan utama adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan tambahan pelaporan untuk kebutuhan terkini yang diinginkan BI dan penghapusan beberapa informasi yang tidak lagi diperlukan serta beberapa infrastruktur pelaporan baru yang bertujuan antara lain agar: Semua informasi yang dilaporkan jelas pemanfaatannya agar tidak membebani pelapor Bank menyampaikan laporan melalui satu platform Penambahan atau penyesuaian informasi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah

Strategi Penyelesaian Sengketa Perdata dan Tata Usaha Negara

Strategi Penyelesaian Sengketa Perdata dan Tata Usaha Negara

Dunia bisnis tidak hanya berjalan oleh satu pihak saja, namun melibatkan banyak pihak untuk menyokong proses alur bisnis yang lancer. Keterlibatan banyak pihak ini tentunya akan menimbulkan gesekan-gesekan kecil yang berpotensi menjadi konflik. Pertentangan yang muncul dalam ritme bisnis di sebuah perusahaan atau pun konflik dalam instansi idealnya harus di kelola dengan adanya sebuah perjanjian atau kontrak yang bertujuan untuk keperluan perusahaan atau tujuan perusahaan. Interaksi yang terjadi antara beberapa pihak tersebut terkadang menimbulkan masalah antara kedua pihak sehingga harus di bawa ke ranah hukum. Hal ini tentu akan menghambat jalannya perusahaan, sehingga perusahaan harus mempunyai manajemen untuk mengatasi hal tersebut. Training ini akan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang Manajemen Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara untuk mengatasi apabila terjadi masalah-masalah yang tidak diinginkan. Di kemudian hari apabila telah terjadi konflik maka harus diselesaikan dengan ketentuan yang sudah ada dan berlandaskan pada peraturan yang sebelumnya telah disepakati.

Handling Objection for Bankers

Handling Objection for Bankers

Penolakan sepertinya merupakan suatu hal yang akrab dengan kehidupan perusahaan di mana saja, hal ini disebabkan oleh banyak faktor tetapi pada intinya adalah tidak sesuainya keinginan / kebutuhan pelanggan dengan pelayanan perusahaan yang kita berikan dan janjikan. Walau kadang pelanggan sendiri yang memiliki kemauan ataupun karakter individu termasuk tipe yang sulit. Untuk dapat menetralisir situasi dan menghadapi penolakan dengan efektif diperlukan kepekaan emosi, sikap positif, percaya diri dan keterampilan sehingga pelanggan dapat mengerti dan merasa terpuaskan. Program HANDLING OBJECTION adalah program yang didesain untuk mempersiapkan peserta memiliki sikap, kepekaan emosi, percaya diri, serta keterampilan khusus dalam menangani penolakan dengan cara yang efektif.

Consumer Loan, Kredit PNS dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)

Consumer Loan, Kredit PNS dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)

Kredit Konsumtif adalah kredit yang diberikan bank kepada masyarakat perorangan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan swasta untuk kebutuhan konsumtif berupa barang atau jasa, antara lain Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor, dan kredit konsumtif lainnya. Dalam pelatihan ini akan difokuskan terkait kredit PNS dan KPR. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan salah satu produk jasa perbankan selain Kredit Kepemilikan Kendaraan (KKB). KPR yang dikucurkan perbankan di Indonesia dewasa ini terlihat mengalami pertumbuhan signifikan seiring dengan peningkatan kebutuhan rumah di berbagai daerah tanah air. Pada Semester I 2012 lalu saja, KPR di sejumlah bank tercatat mendominasi pertumbuhan kredit konsumer. Pemahaman yang komprehensif akan pentingnya sektor properti bagi dunia perbankan dan kredit PNS menjadi keharusan bagi para pelaku perbakan. Oleh karena itu, pelatihan ini sangat dibutuhkan oleh bagian kredit di perbankan.

Crisis Management in Public Relations

Crisis Management in Public Relations

Penguasaan aspek komunikasi massa/publik yang efektif dan tepat sasaran akan memberi pengaruh signifikan terhadap reputasi organisasi dan perusahaan. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilan dan efektifitas komunikasi massa terutama pada saat krisis harus mendapat prioritas. Melalui keterampilan komunikasi massa/publik yang efektif, tentu saja suatu organisasi akan tetap mampu mempertahankan reputasi dan produktivitasnya, terutama pada saat dalam kondisi krisis dan berada dalam tekanan media massa. Pelatihan ini akan membahas mengenai Crisis Management in Public Relations Sehingga diharapkan mampu memahami dan mempelajari secara mendalam langkah-langkah konseptual aplikatif dalam rangka menangani krisis yang terjadi serta berada dalam tekanan publisitas negatif oleh media massa. The Foundation of Good Public Communication Techniques Corporate Reputation Management Best and worst reputations Measuring reputation – good and bad Stakeholders and audiences Corporate PR planning, objectives and strategies Mass Communication Strategy to Maintain Organizational Reputation Crisis Communications Communication Characteristics of a Crisis Strategic Crisis Communications Crisis Communications Policies & Principles Court of Law vs. Court of Public Opinion Communicating with Stakeholders – victims, employees, business partners, local community, regulatory agencies, etc Operational zing Crisis Communications Media Relations: Concepts & Practices Media Crisis Communications What are the actions that must be conducted? What is the communication strategy in curing the crisis? What needs to be done to regain the image of the company or organization? What is the strategy to face public questions including employees to minimize its impact? Building Strengthening Communications Team for Our Organization – How to Prepare & Handle Media Crisis Communications in the Future?

Pembiayaan Konsumer Bank Syariah

Pembiayaan Konsumer Bank Syariah

Supervisory Control And Data Acquisition Scada

Supervisory Control And Data Acquisition Scada

Proses pengumpulan data, pelaporan dari production lines, penanganan material maupun proses lain dalam tahapan produksi akan menjadi mudah apabila menggunakan sistem SCADA. Dengan sistem tersebut, karyawan akan memperoleh kemudahan mengakses data di tempat manapun mengenai titik proses produksi manapun, juga untuk mendapatkan grafik kinerja maupun hasil-proses, dan selanjutnya pelaporan dapat dibuat secara otomatis secara realtime berdasarkan data yang tersedia dalam format yang spesifik misalnya basis hari, basis akhir minggu maupun basis waktu yang lain. Pelatihan ini akan memberikan pengetahuan mengenai konsep SCADA dan teknik implementasinya dalam perusahaan.

Contact Us

If you have any questions, send us a message!

Ready to Grow? Talk to an Expert Today!