Industri perbankan memiliki peran strategis dalam sistem keuangan nasional sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Dalam menjalankan fungsi tersebut, bank senantiasa menghadapi berbagai risiko, salah satunya adalah risiko kredit, yaitu potensi kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan/atau bunga sesuai perjanjian. Risiko kredit yang tidak dikelola secara memadai dapat berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan, tingkat kesehatan bank, serta stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
Sebagai bentuk mitigasi atas risiko kredit tersebut, perbankan diwajibkan untuk membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas aset keuangan yang dimiliki, khususnya kredit yang diberikan kepada nasabah. CKPN berfungsi sebagai penyisihan dana yang diakui secara akuntansi untuk menutup potensi kerugian akibat penurunan nilai aset keuangan. Pembentukan CKPN yang tepat, andal, dan sesuai standar akuntansi sangat penting agar laporan keuangan bank dapat mencerminkan kondisi keuangan yang wajar dan prudent.
Seiring dengan penerapan PSAK 71 tentang Instrumen Keuangan, pendekatan pengakuan CKPN mengalami perubahan mendasar dari pendekatan incurred loss menjadi expected credit loss (ECL). Pendekatan ini menuntut bank untuk melakukan estimasi kerugian kredit secara forward-looking dengan mempertimbangkan probabilitas gagal bayar, eksposur kredit, serta kondisi ekonomi saat ini dan masa depan. Konsekuensinya, proses perhitungan CKPN menjadi lebih kompleks dan memerlukan pemahaman yang mendalam baik dari sisi akuntansi, manajemen risiko, maupun penggunaan data dan model statistik.
OBJECTIVE
- Memahami konsep risiko kredit dan perannya dalam industri perbankan
- Menjelaskan dasar hukum dan standar akuntansi yang mengatur CKPN, khususnya PSAK 71
- Memahami perbedaan pendekatan incurred loss dan expected credit loss (ECL)
- Mengidentifikasi klasifikasi aset keuangan dan tahapan penurunan nilai Stage 1, Stage 2, dan Stage 3
- Memahami parameter utama dalam perhitungan ECL yaitu PD, LGD, dan EAD
- Melakukan perhitungan dan pencatatan akuntansi CKPN secara benar
- Menganalisis dampak CKPN terhadap laporan keuangan dan kinerja bank
- Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik
COURSE OUTLINE
- Pengantar Risiko Kredit Perbankan
- Konsep dan jenis risiko perbankan
- Risiko kredit dan dampaknya terhadap kinerja bank
- Manajemen risiko kredit secara umum
- Konsep Dasar Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
- Definisi dan tujuan CKPN
- Ruang lingkup aset keuangan yang dikenakan CKPN
- Prinsip kehati-hatian dalam pembentukan CKPN
- Standar Akuntansi Terkait CKPN
- Gambaran umum PSAK 71 tentang Instrumen Keuangan
- Perubahan utama dari PSAK sebelumnya
- Pengakuan, pengukuran, dan penyajian CKPN
- Expected Credit Loss (ECL)
- Konsep ECL dan forward-looking approach
- 12-month ECL dan lifetime ECL
- Klasifikasi Stage 1, Stage 2, dan Stage 3
- Parameter Perhitungan CKPN
- Probability of Default (PD)
- Loss Given Default (LGD)
- Exposure at Default (EAD)
- Faktor makroekonomi dan skenario
- Metodologi dan Proses Perhitungan CKPN
- Alur perhitungan CKPN
- Penilaian peningkatan risiko kredit signifikan
- Review dan validasi model
- Pencatatan Akuntansi dan Pelaporan CKPN
- Jurnal akuntansi CKPN
- Penyajian dalam laporan keuangan
- Pengungkapan CKPN
- Dampak CKPN terhadap Kinerja dan Permodalan Bank
- Pengaruh CKPN terhadap laba rugi
- Dampak terhadap rasio keuangan
- Implikasi terhadap permodalan dan manajemen bank
- Studi Kasus dan Simulasi
- Contoh kasus perhitungan CKPN
- Simulasi pencatatan akuntansi
- Diskusi dan pembahasan kasus
