Dalam dunia perbankan yang berubah cepat — dengan digitalisasi, kompetisi ketat, dan tuntutan nasabah yang semakin tinggi — keberhasilan tidak lagi ditentukan oleh seberapa kuat seorang pemimpin memberi perintah, tetapi seberapa efektif ia memberdayakan tim untuk berkolaborasi, berinovasi, dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab.
Pendekatan kepemimpinan tradisional yang berbasis komando dan kontrol sering kali menimbulkan ketergantungan dan memperlambat respons terhadap perubahan. Kini, organisasi perbankan modern bergerak menuju budaya empowerment dan kolaborasi, di mana setiap anggota tim memiliki rasa kepemilikan (ownership), kepercayaan, dan ruang untuk berkembang.
OBJECTIVE
- Memahami perbedaan antara budaya komando dan budaya kolaboratif dalam konteks organisasi perbankan.
- Menerapkan prinsip empowerment untuk meningkatkan motivasi, inisiatif, dan tanggung jawab tim.
- Mengembangkan gaya kepemimpinan partisipatif yang menumbuhkan rasa percaya dan saling menghargai.
- Meningkatkan efektivitas komunikasi dan kerja sama lintas fungsi.
- Membangun budaya kolaboratif yang berfokus pada tujuan bersama dan pencapaian kinerja unggul.
COURSE OUTLINE
1. Dari Komando ke Kolaborasi: Paradigma Baru Kepemimpinan
- Evolusi gaya kepemimpinan di dunia perbankan.
- Dampak negatif budaya komando terhadap inovasi dan engagement.
- Prinsip dasar kepemimpinan kolaboratif: trust, transparency, teamwork.
- Studi kasus: perubahan gaya kepemimpinan di bank modern.
2. Empowerment: Memberdayakan Tim untuk Mencapai Potensi Maksimal
- Definisi empowerment dan manfaatnya bagi organisasi.
- Pilar empowerment: clarity, competence, confidence, connection, contribution.
- Cara memberi kepercayaan tanpa kehilangan kontrol.
- Teknik delegation with accountability.
3. Komunikasi Efektif dan Psychological Safety
- Menciptakan ruang aman untuk berpendapat (psychological safety).
- Mendengarkan aktif dan memberikan umpan balik konstruktif.
- Mengelola konflik secara sehat dan solutif.
- Membangun sinergi antar-unit (Dana, Kredit, Operasional, Digital, dsb.).
4. Membangun Tim Kolaboratif di Lingkungan Perbankan
- Mengubah struktur tim dari silo menjadi sinergis.
- Team charter dan kesepakatan kolaborasi.
- Menggunakan teknologi kolaboratif (meeting efektif, dashboard kinerja, dsb.).
- Studi kasus: kolaborasi sukses dalam pengelolaan nasabah prioritas / bisnis.
5. Action Plan: Menerapkan Empowerment di Unit Kerja
- Refleksi pribadi: “Apa yang bisa saya ubah sebagai pemimpin?”
- Rencana aksi 30–60–90 hari untuk membangun budaya kolaboratif.
- Komitmen tim terhadap perubahan perilaku kerja.
